TARI TRADISIONAL
SEJUMLAH wanita memainkan gerakan lembut dan
gemulai. Kadang bergerak naik turun, kadang meliuk dengan anggun. Itulah tari
pakarena, sebuah tarian klasik Makassar yang mencerminkan sikap teduh, hening,
dan ko mengungkapkan hubungan manusia dengan Tuhan dan bercerita tentang ritme
kehidupan. Salah ntemplatif.
Pakarena adalah sebuah tarian ritus yang satu kesenian suku Makassar ini kerap ditampilkan dalam acara penyambutan tamu atau upacara tradisional.
Ada beberapa jenis tari pakarena, antara lain royong dan bone balla. Pakarena jenis royong hanya ditampilkan saat upacara adat yang berdimensi ritual. Sedangkan pakarena jenis bone balla bisa ditampilkan kapan saja. Termasuk untuk menyambut tamu.
Penari pakarena terdiri dari tujuh wanita yang berpakaian adat. Dalam pakarena royong, setiap penari harus memanjatkan doa sebelum menari. Dalam doa itu mereka menyediakan sesajian berupa beras, kemeyan, dan lilin. Pada pakarena bone balla, aturan tidak terlalu ketat.
Gerakan lembut penari terbagi dalam 12 bagian. Setiap bagian memiliki makna. Gerakan pada posisi duduk menjadi penanda awal dan akhir tarian, gerakan berputar mengekspresikan siklus kehidupan manusia, dan gerakan naik turun adalah cermin irama hidup.
Pakarena juga merupakan cermin kelembutan, sikap sopan, dan kesetiaan wanita Makassar. Karena itu, seorang penari pakarena tidak boleh membuka mata terlalu lebar. Kaki dan tangan juga tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Gerakan pakarena adalah gerakan konstan.
Sementara iringan musik disebut gandrang pakarena. Kendati pakarena adalah gerakan gemulai, iringan musiknya mengentak dan bergemuruh. Jika pakarena mencerminkan kelembutan, gandrang pakarena menggambarkan keperkasaan pria Makassar.
Alat musik terdiri dari gendang yang ditabuh bertalu-talu, ditingkahi suara seruling, para pasrak atau bambu belah, dan gong. Komposisi musik ini disebut gondrong rinci yang dimainkan oleh tujuh pria yang mengenakan pakaian adat.
Tidak ada catatan resmi kapan tari pakarena muncul. Yang pasti, tarian ini sempat menjadi kesenian resmi istana pada masa Sultan Hasanuddin, raja Gowa ke-16. Tarian ini mendapat sentuhan seni dari ibunda sang sultan, I Li'motakontu.
Sebagian masyarakat tradisional suku Makassar percaya, tari pakarena berawal dari kisah perpisahan penghuni boting langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu. Saat perpisahan, penghuni boting langi mengajarkan penghuni lino tata cara hidup.
Tata cara itu meliputi cara bercocok tanam, beternak, hingga berburu. Ajaran itu lalu diekspresikan lewat gerakan-gerakan tangan, badan, dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual Pakarena saat penduduk lino memanjatkan syukur.
Pakarena adalah sebuah tarian ritus yang satu kesenian suku Makassar ini kerap ditampilkan dalam acara penyambutan tamu atau upacara tradisional.
Ada beberapa jenis tari pakarena, antara lain royong dan bone balla. Pakarena jenis royong hanya ditampilkan saat upacara adat yang berdimensi ritual. Sedangkan pakarena jenis bone balla bisa ditampilkan kapan saja. Termasuk untuk menyambut tamu.
Penari pakarena terdiri dari tujuh wanita yang berpakaian adat. Dalam pakarena royong, setiap penari harus memanjatkan doa sebelum menari. Dalam doa itu mereka menyediakan sesajian berupa beras, kemeyan, dan lilin. Pada pakarena bone balla, aturan tidak terlalu ketat.
Gerakan lembut penari terbagi dalam 12 bagian. Setiap bagian memiliki makna. Gerakan pada posisi duduk menjadi penanda awal dan akhir tarian, gerakan berputar mengekspresikan siklus kehidupan manusia, dan gerakan naik turun adalah cermin irama hidup.
Pakarena juga merupakan cermin kelembutan, sikap sopan, dan kesetiaan wanita Makassar. Karena itu, seorang penari pakarena tidak boleh membuka mata terlalu lebar. Kaki dan tangan juga tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Gerakan pakarena adalah gerakan konstan.
Sementara iringan musik disebut gandrang pakarena. Kendati pakarena adalah gerakan gemulai, iringan musiknya mengentak dan bergemuruh. Jika pakarena mencerminkan kelembutan, gandrang pakarena menggambarkan keperkasaan pria Makassar.
Alat musik terdiri dari gendang yang ditabuh bertalu-talu, ditingkahi suara seruling, para pasrak atau bambu belah, dan gong. Komposisi musik ini disebut gondrong rinci yang dimainkan oleh tujuh pria yang mengenakan pakaian adat.
Tidak ada catatan resmi kapan tari pakarena muncul. Yang pasti, tarian ini sempat menjadi kesenian resmi istana pada masa Sultan Hasanuddin, raja Gowa ke-16. Tarian ini mendapat sentuhan seni dari ibunda sang sultan, I Li'motakontu.
Sebagian masyarakat tradisional suku Makassar percaya, tari pakarena berawal dari kisah perpisahan penghuni boting langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu. Saat perpisahan, penghuni boting langi mengajarkan penghuni lino tata cara hidup.
Tata cara itu meliputi cara bercocok tanam, beternak, hingga berburu. Ajaran itu lalu diekspresikan lewat gerakan-gerakan tangan, badan, dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual Pakarena saat penduduk lino memanjatkan syukur.
Selain itu juga ada tari:
1. Tari Bosarak melukiskan tata cara
tradisional dalam menyambut tamu agung pada pesta perkawinan serta peristiwa
penting lainnya. Dengan penuh ramah-tamah, gadis-gadis menyuguhkan kue-kue adat
dalam tempat yang bernama bosarak.
2. Tari Anging Mammirik. Lamunan seorang
gadis yang ditinggalkan kekasihnya dan kemudian ia berlibur oleh kedua teman
karibnya. Pesan-pesan indah karena kekasih yang jauh, disampaikan lewat anging
yang meniup, menyejuk hati nan pilu.
3. Tari Kipas. Kipas dan gadis tidak dapat dipisahkan. Permainan kipas dengan lincah oleh gadis
merupakan pula suatu kegemaran, melambangkan keluhuran budi pekerti gadis-gadis
Makassar.
4. Tari Pakurruk Sumangak menggambarkan salam
sejahtera bagi mereka yang datang dan dikunjungi serta mohon doa restu, lambang
persahabatan dan keakraban.
RUMAH
ADAT
Rumah adat Makassar memiliki keunikan tersendiri,
dibandingkan dengan rumah panggung dari sukulain di Indonesia. Bentuknya
memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian
depan (Paladang).
Inilah bagian-bagian dari Rumah adat Makassar itu:
·
Tiang utama ( benteng ). Biasanya terdiri dari 4 batang
setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi
pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris benteng. Jadi totalnya ada 12
batang benteng
·
Pallangga yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung
dari benteng di setiap barisnya.
·
Panjakkala, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas
dari Benteng paling tengah tiap barisnya.
·
Pamakkang , adalah bagian diatas langit - langit ( eternit ).
Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
·
Kale Balla, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal.
Pada kale balla ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah (
pocci balla ).
·
Passiringang, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah
dengan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar